Senin, 15 Mei 2017

Kisah Penciptaan Menurut Dayak



          Mula – mula pada alam air PAUH JANGGI (samudra raya), terjadi perkawinan langit (kosmik). Perkawinan itu adalah proses pencampuran dua jenis air. Air yang satu berasal dari sabayatn (surga), air inilah yang disebut SINOG NYANDONG (Induk Penyandung). Kemudian jenis air yang satunya adalah air yang terdapat di alam pauh janggi, air inilah yang disebut SINOG NYOBA (Induk pencoba). Ketika sinog nyandong masuk ke alam pauh janggi, kumpulannya berbentuk seperti sebuah KALIKNG RANGIT (Kubah langit) yang sangat besar. Dengan bentuk kubah langit itu, sinog nyandong langsung menyentuh sinog nyoba dengan cara menyauk (mencedok) kumpulan entitas sinog nyoba. Setelah itu sinog nyandong menggenggami sinog nyoba dan langsung membawanya berputar. Putaran mereka itulah yang disebut dengan nama PUSAT PAITN (Pusaran Air) di alam pauh janggi itu. Semakin lama, putarannya semakin cepat. Sinog nyoba (Induk Tercoba) yang di genggam dan dibawa berputar oleh sinog nyandong (Induk Penyandung) tersebut semakin tertekan. 

Gambar diatas adalah gambaran proses pemadatan SINOG NYANDONG dan SINOG NYOBA menjadi TANAG BOLAT (Bulatan Materi) yang dinamai SI NYATI.

          Setelah sekian lama mereka berputar, akhirnya sinog nyandong (Induk Penyandung) dan sinog nyoba (Induk Tercoba) berpadu menjadi TANAG BOLAT (bulatan materi) Yang dinamai SI NYATI (Si Sehati). Kemudian tiba-tiba tubuh si nyati (Si sehati) berguncang keras, hingga tubuhnya terpencar ke segala arah berupa IRO – IRO (kacau balau) dan ANGIN ANGIN (badai topan). Kejadian itu menyebabkan alam pauh janggi bergetar. Dari tubuh si nyati (Si sehati) yang terpencar berupa iro-iro (Kacau-Balau) dan angin-angin (Badai Topan) tadi, akhirnya menjadi atau memperanakkan TANAG (Planet Bumi), memperanakkan BINTAKNG-BINTAKNG (Bintang-bintang), memperanakkan BURATN (Bulan) dan memperanakkan MATUHANO (Matahari). Lama setelah itu, pada TANAG (Bumi) yang dilahirkan oleh SI NYATI (Si sehati) tadi. Kemudian terbentuklah AWANG-AWANG (Atmosfer) dan GANTUKNG TARIG (gantungan tali / area tinggal) untuk embun (uap air) bergantungan (tinggal). 

SI NYATI terpencar menjadi IRO-IRO dan ANGIN-ANGIN yang akhirnya memperanakan bumi, bulan, bintang dan matahari.

          Setelah planet bumi terbentuk. Kemudian JABATA NENG NANGE (Tuhan Sang Pembentuk) dan MALEKAT-EG (Malaikat-NYA) datang ke permukaan planet Bumi. Pada planet Bumi yang tercipta itu, Jabata Neng Nange (Tuhan sang pembentuk) berfirman “alangkah baiknya jika segala MATU PAITN (Mata Air) dan segala SUNGE (Sungai) yang membasahi tanah ini ada”. Kemudian segala mata air dan segala sungai muncul di atas tanag (Planet Bumi). Setelah itu, Jabata Neng Nange (Tuhan Sang pembentuk) menciptakan tumbuhan ANTUYUD (ganggang, lumut dan akar-akaran). Menciptakan MARUJUD (umbi-umbian). Menciptakan TONGKOR BATUKNG (Tunggul Bambu Betung / bambu-bambuan) dan menciptakan MARA PUUTN (beragam pohon) yang berbuah dan yang tidak. 

Evolusi Manusia
Sumber Gambar: http://d1luj6bq3j7ijk.cloudfront.net/wp-content/uploads/2014/11/human_evolution.jpg

          Setelah Tuhan sang pancipta, menciptakan segala macam tumbuhan itu, DIA (Tuhan) langsung menciptakan manusia. Kemudian sang pria, oleh-NYA diciptakan dari TANAG BAPOPOG (Tanah ber-saripati). kemudian diberi nyawa. Mula-mula bentuknya seperti kerucut kemudian berubah bentuk menjadi makhluk menyerupai binatang, yang makan dan minum, diperolehinya dari alam di sekelilingnya. Lama-kelamaan setelah itu, dia berubah bentuk terus, semakin sempurna, kemudian menjadi UNTEG (kera besar), asal manusia Simule-Jaji, dia adalah makhluk pria, yang pertama hidup dan pertama tercipta. Lama setelah itu, pada saat sang pria itu sudah sempurna, kemudian Tuhan menciptakan sang wanita memakai TURAKNG RUSUK (tulang rusuk) sang pria itu. Dari keturunan-keturunan manusia tersebutlah, seluruh manusia di bumi serta Kakek Galeber dan nenek Anteber lahir. Kakek Galeber dan nenek Anteber adalah penyebar agama Yahudi yang datang ke kalimantan dari timur-tengah ribuan tahun yang lalu, yang kemudian ajarannya bercampur dengan agama asli Dayak.

Kisah Penciptaan Bagian Kedua: Penciptaan Manusia

          Pada awalnya sebelum permulaan segala sesuatu, yang ada hanyalah Jabata Neng Nange (Tuhan Yang Maha Esa). DIA adalah Jabata (Tuhan) yang satu dalam tiga diri. Yaitu Jabata awal (Eloh Bapa), Jabata Ahar (Eloh Putra) dan Jabata Aher (Eloh Roh Kudus). Kemudian Jabata Neng Nange menciptakan alam semesta yang di isi dengan tanah-tanah (planet-planet), matahari, bulan dan cahaya-cahaya (bintang gemintang), alam semesta itu diciptakan oleh-NYA di ruang alam Pauh Janggi (Tehom / Samudra raya).

          Setelah Jubata neng Nange (Tuhan Sang Pencipta) menciptakan alam semesta dan isinya. Lalu DIA merasa belum puas, karena salah-satu isi alam semesta, yaitu bumi masih tampak kosong dan belum lengkap. Hal itu menyebabkan Jabata neng Nange (Tuhan Sang Pencipta) kembali turun ke alam semesta dan langsung menuju ke bumi, ketika DIA turun ke planet Bumi, ia kemudian digelari Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi). Setelah sampai di atas bumi, DIA  langsung mengambil tanah bapopog (bersaripati) dan membentuknya menjadi kerucut, lalu meletakkan tongkat penempa-NYA (kuasa penempa/pembentuk/ penciptaan) pada tanah itu. Setelah beberapa saat kemudian tanah itu berubah menjadi makhluk yang bernyawa. Makhluk itu terus berubah sampai menjadi unteg (kera besar), setelah itu menjadi manusia dan dinamai Simule- Jaji ( si mula-jadi)

          Setelah tujuh hari Simule-jaji berada di dunia, kemudian dia mengatakan kepada Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) “wahai neng Satapak, sekiranya engkau mau mendengarkan dan mau mengabulkan permohonanku, berikanlah aku seorang teman, agar aku tidak kesepian seperti ini”. Permohonan Simule-jaji didengar oleh Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi). Kemudian Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) mewujudkan seorang perempuan dari tanah yang bernama Simule-tanag (Simulai Tanah). Simule-jaji  merasa senang dengan teman barunya dan dia langsung mau bergaul dengan Simule-tanag, tetapi Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) melarang Simule-jaji untuk memegang Simula-tanag (Simulai Tanah) selama tujuh hari.

          Setelah beberapa hari berlalu, Simule-jaji merasa bosan dan pusing, kemudian dia mendekati Simule-tanag. Pada saat dia mendekati Simule-tanag, seketika itu timbul niatnya untuk mengetahui apakah Simula-tanag benar-benar akan menjadi sosok yang akan menemaninya, maka diapun langsung menyentuh Simule-tanag. Ketika dia menyentuh Simule-tanag, dia langsung kaget karena Simule-tanag hancur dan kembali menjadi tanah. Akhirnya dia bersedih dan menangis. 

          Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) merasa kasihan dengan Simule jaji (Adam) dan turun lagi dari langit, dan dia mengatakan kepada Simule-jaji untuk tidak bersedih. Ketika Simule jaji (Adam) tertidur dimalam hari, Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) mengambil tulang rusuk Simule jaji (Adam). Dengan segera tulang itu dibaluri-NYA dengan saripati tanah, kemudian memberikannya nyawa. Keesokan hari Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi)  berpesan kepada Simule jaji (Adam), agar tidak mengulangi perbuatannya untuk mengganggu makhluk yang di bentuk oleh-NYA tadi malam, sebelum masa tujuh hari. Simule jaji (Adam) setuju untuk tidak mengganggu makhluk yang dibentuk oleh Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) tersebut. 

          Setelah tujuh hari berlalu, makhluk tersebut berubah menjadi manusia perempuan, kemudian oleh Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi), manusia perempuan itu diberi nama “Jagat (Hawa). Kemudian Simule jaji (Adam) dan jagat kawin. Akhirnya Jagat (Hawa) hamil. Mereka berdua sangat bahagia. Setelah sembilan bulan sepuluh hari, tepat pada saat matahari pagi mulai bersinar, Jagat (Hawa) melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama si Kuntum. Setelah lahir, tubuh Si Kuntum sakit, tubuhnya menjadi lemah, akhirnya pada waktu senja hari, si Kuntum meninggal dunia. Melihat kejadian itu, Simule Jaji (Adam) dan istrinya Jagat (Hawa) menangis keras sambil meronta-ronta. Simule jaji (Adam) tidak dapat menerima kejadian yang menimpa mereka, lalu karena sangat marah dia mengambil mayat anaknya dan mencabik-cabik mayat itu. Potongan-potongan mayat anaknya itu, kemudian dibungkusnya dengan tanah liat yang dibentuknya menyerupai peti. 

          Tujuh hari kemudian Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) datang dan langsung mengambil potongan-potongan mayat si Kuntum yang telah dibungkus tadi. Kemudian dengan segera Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) melemparkan setiap potongan mayat itu seluruh penjuru bumi. Di atas tanah tempat setiap potongan mayat itu jatuh, potongan mayat itu membusuk dan diserap oleh tanah hingga menyebabkan tanah-tanah tersebut menjadi subur. Setelah tujuh hari, pada seluruh bidang tanah tersebut, tumbuh bermacam-macam tumbuhan, yang masing-masing berkembang dan menyebar hingga memenuhi bumi. 

          Tujuh hari kemudian, atas perintah Tuhan, tiga orang malaikat surga turun ke bumi mereka adalah malaikat Serasat, Malaikat Siyang, Malaikat Bangau, ketiga-tiganya berwujud manusia. Adapun maksud kedatangan mereka adalah untuk membangun sebuah tembawang (taman / kebun bebuahan), yang memiliki tiga batang sungai dan tanahnya ditumbuhi oleh beragam pohon buah-buahan. Setelah tembawangnya selesai dibangun oleh para malaikat, kemudian Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) yang turun ke bumi dan memberi peringatan kepada Simule-Jaji dan Jagat (Hawa) agar mereka tidak memakani buah pohon temanggung (pohon kehidupan) agar keduanya tidak keracunan. Simule-Jaji dan Jagat setuju dan mereka tinggal bersama dan bahagia. 

          Pada suatu hari Simule Jaji (Adam) dan Jagat (Hawa) berjalan-jalan di taman itu, mereka melewati pohon Temanggung, tiba-tiba mereka kaget karena mendengar suara mendesis yang berasal dari arah pohon itu. Karena penasaran keduanya mendekati pohon tersebut. Dari salah satu dahan pohon Temanggung ada seekor ular yang turun menghampiri mereka lalu berbicara, katanya “Wahai manusia, aku tahu bahwa Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) telah memberitahu kalian, supaya kalian tidak boleh makan buah dari pohon ini. DIA itu jahat, karena DIA tidak ingin kalian akan menjadi pintar sama seperti DIA, apabila kalian memakani buah pohon ini”.

          Setelah itu Simule-Jaji (Adam)  dan Jagat (Hawa) saling memandang. Mereka saling berpikir. Lalu Simule-Jaji (Adam) berbicara kepada Jagat (Hawa) “Barangkali kata si ular ada benarnya, itulah yang menyebabkan Jabata Neng Sitapak melarang kita memakani buah pohon ini” kata Simule-Jaji (Adam). Akhirnya Simule-Jaji (Adam) memutuskan untuk mengambil buah itu, dia lalu mengulurkan tangannya dan memetik buahnya dari sebelah timur, sedangkan Jagat mengambil buahnya dari sebelah barat dan keduanya langsung memakaninya. 


SIMULE-JAJI (Adam) dan JAGAT (Hawa).
Sumber Gambar: http://trinities.org/blog/wp-content/uploads/wpid-wp-14230045948571.jpeg
          Langsung seketika itu juga guntur menderu dan angin bertiup kencang, Simule-Jaji (Adam) menjadi takut dan gelisah. Buah yang dimakannya tersangkut di tenggorokannya, buah yang tersangkut itu akhirnya menusuk tenggorokannya dari dalam, dan menjadi benjolan Jakun di lehernya. Kejadian itulah yang menyebabkan kaum pria mempunyai jakun di lehernya. Dan pada Jagat (Hawa), buah itu lolos melewati lehernya, namun terasa tersangkut di dalam dadanya, Jagat kesakitan dibagian dadanya. Semakin lama semakin sakit dadanya, terasa olehnya, buah itu menusuk dari dalam menuju ke arah depan, hal itu menyebabkan dadanya membesar, hingga berubah menjadi dua buah payudara. 

          Pada saat mereka berdua masih memegang bagian tubuh mereka yang terasa sakit itu, tiba-tiba Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) turun dan berdiri di depan mereka yang melihat ada sepasang payudara yang menonjol di dada Jagat (Hawa), dan melihat leher Simule jaji (Adam) juga telah menonjol. Kemudian Jabata neng Sitapak berbicara kepada mereka, kata-NYA ”Bukankah AKU sudah melarang kalian memakani buah pohon temanggung itu? Kenapa kalian tidak mengindahkan perkataan-KU?”. Pasangan manusia itu tertunduk malu, kemudian Simule Jaji (Adam)  berkata “Tadi kami berjalan melewati depan pohon ini disitu ada seekor ular yang memberi memberitahu kepada kami, bahwa jika kami makan buah tersebut, kami akan menjadi sangat cerdas seperti ENGKAU”.

          Setelah mendengar perkataan Simule Jaji (Adam), Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) langsung menangkap ular yang memperdayai kedua manusia itu, lalu mencabut tangan-tangan dan kaki-kaki ular itu, sebagai hukuman kepadanya yang telah memperdayai pasangan manusia itu. Kemudian Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) juga menghukum pasangan manusia itu. Pada mereka, urat halusnya (urat saraf) dicabut, akibatnya mereka tidak bisa berjalan terlalu jauh dan tubuh mereka akan selalu merambat dan selalu bergoyang. Ketika itu mereka diperintahkan untuk mencari nafkah sendiri dan belajar berjalan tegak sendiri. Setelah itu Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi) kembali naik ke langit. 

          Suatu saat ada Malaikat yang berada di langit, dan mengamati kejadian di bumi, dia merasa iba kepada Simule Jaji (Adam) dan Jagat (Hawa). Lalu dia turun ke bumi dan berdiri di depan Simule Jaji (Adam) dan Jagat (Hawa) yang sedang murung. Kemudian Malaikat bertanya kepada mereka, katanya “ Kenapa kalian bersedih? Apakah Aku bisa mengatasi masalah kalian?” Lalu Simule Jaji (Adam) menjawabnya, katanya “ Urat halus kami telah di cabut akibatnya kami tidak bisa pergi berjalan jauh”. Setelah mengetahui hal itu, lalu dengan kekuatannya sang Malaikat mengembalikan urat darahnya. Setelah kejadian itu Simule Jaji (Adam) dan Jagat (Hawa) melanjutkan perjalanannya didalam taman (Tembawang), sesuai dengan perintah Jabata Neng Satapak (Tuhan Yang Menapaki Bumi). Mereka diperintahkan untuk mengasingkan diri diluar tembawang (taman) dengan tujuan untuk mengembangkan keluarganya sebelum akhirnya kembali lagi ke tembawang (Taman) itu. 

PENJELASAN

          Proses penciptaan menurut agama adat Dayak Kal-Bar adalah sebuah proses perkawinan atau penyatuan dua buah entitas bahan baku alam semesta, penyatuan itu berlangsung pada ruang alam “pauh janggi”. Bahan baku alam semesta itu disebut “air”. Bahan baku yang pertama adalah “air” yang terdapat pada alam pauh janggi, dan bahan baku yang kedua adalah “air” yang berasal dari ruang alam sabayatn (surgawi). 

Apa yang disebut ALAM PAUH JANGGI? 

          Alam pauh janggi adalah alam yang menjadi tempat “alam semesta kita” diciptakan dan tinggal setelah diciptakan. Dalam bahasa Dayak, baik Bidayuhik maupun Kanayatnik sebutan “pauh” adalah nama kuno untuk asam palam atau mangga. Sementara sebutan “janggi” adalah nama jenis kelapa besar yang memiliki dua buah tempurung sekaligus didalam satu buah kelapa tersebut, jenis kelapa ini biasa juga disebut kelapa afrika. Karena bentuk masing-masing tempurung kelapa janggi itu mirif dengan bentuk buah pauh atau mangga, maka penyebutannya disatukan sebagai “janggi pauh” atau “pauh janggi”.

Tempurung Kelapa Janggi atau Double Coconut (Lodoicea maldivica)

          Karena masing-masing tempurung kelapa janggi berisi air kelapa, maka fenomena kelapa janggi yang memiliki “dua air” dalam satu buah kelapa itu, akhirnya dijadikan nama untuk menyebutkan nama alam tempat penyatuan dua macam air yaitu bahan baku penciptaan dunia ini. Ketika penyatuan dua macam air yang berlangsung diruang alam pauh janggi tersebut, bahan baku (air) yang berasal dari surga, kemudian disebut “sinog nyandong” dan bahan baku (air) yang berasal dari alam pauh janggi sendiri disebut “sinog nyoba”. 

Pohon Kelapa Janggi atau kelapa afrika (Lodoicea maldivica)


Kenapa dinamai dengan sebutan SINOG NYANDONG dan SINOG NYOBA? 

          Dalam bahasa Dayak Bidayuhih barat (Banyadu, bakati, jagoi, sungkung dan lain-lain) kata sinog terbentuk dari kata “si” dan kata “inog”, yang artinya si induk atau ibu. Kata sinog atau si induk atau ibu dipergunakan untuk menyebuti bahan baku yang akan direaksikan pada proses penciptaan, hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan itu adalah asal atau orang tua dari materi yang akan melahirkan alam semesta. 

          Kata “nyandong” dalam bahasa Dayak Bidayuhik barat adalah terbentuk dari kata “nya” dan kata “sandong”. Kata “nya” bisa memiliki arti imbuhan “se” atau “satu” dan bisa juga memiliki arti “melakukan”. Sementara kata sandong memiliki arti “sandung” yang memiliki sinonim “sentuh” dan “senggol”. Dengan demikian sebutan sinog nyandong bearti “induk yang melakukan sandung” atau “induk penyandung” atau dalam bahasa kimia disebut “bahan pereaksi”. Kata nyoba terbentuk dari kata “nya” dan kata “soba”. Untuk arti kata “nya” seperti dijelaskan diatas. Dan kata soba memiliki arti coba. Dengan demikian sebutan sinog nyoba bearti “induk yang melakukan coba” atau “induk pencoba”. 

          Pada proses reaksi penyatuan antara “air surga” yang disebut sinog nyandong dengan “air alam pauh janggi atau samudra raya” yang disebut sinog nyoba tersebut, entitas sinog nyoba bertindak sebagai entitas yang “mencobai dirinya” untuk mengikuti kemauan yang diingin oleh entitas sinog nyandong, yaitu entitas yang datang menyandung (menyentuh) atau mereaksikan sinog nyoba. Ketika sinog nyandong memasuki alam pauh janggi atau alam samudra raya yaitu tempat dimana sinog nyoba tinggal. Kumpulan entitas sinog nyandong kemudian mengubah dirinya membentuk wujud sebuah kubah besar dilangit atau ruang alam pauh janggi, hal itulah yang menyebabkan kenapa pada kisah penciptaan terdapat adanya kalikng rangit (kubah langit). 

          Dengan memakai wujud kubah raksasa tersebut, sinog nyandong kemudian langsung menyandung atau menyentuh kumpulan entitas sinog nyoba, dengan cara menyauk atau mencedok sinog nyoba. Akhirnya kumpulan entitas sinog nyoba yang dicedok tersebut kemudian digenggam erat oleh sinog nyandong. Setelah itu sinog nyandong langsung membawa sinog nyoba yang tergenggam tadi berputar sembari semakin digenggam dengan erat. Setelah sekian lama kemudian, secara perlahan setiap entitas sinog nyandong yang menggenggam sinog nyoba tersebut, mulai merasuki setiap entitas sinog nyoba yang digenggaminya sembari dibawa terus berputar. Putaran yang dibentuk oleh mereka itulah yang disebut “pusaran air” atau vortex di alam pauh janggi tersebut. Setelah seluruh entitas sinog nyandong yang bereaksi dengan sinog nyoba tersebut bersatu dengan seluruh entitas sinog nyoba, putaran mereka lalu berhenti. Paduan entitas kedua-duanya membentuk “tanag bolat”, yaitu sebuah materi padat yang berwujud bulat dan berukuran kecil. Materi itulah yang disebut dengan nama si nyati (Si sehati). 

Kenapa paduan sinog nyandong dengan sinog nyoba disebut SI NYATI? 

          Kata “si nyati” dari bahasa Dayak Bidayuhik barat terbentuk dari kata “si” dan kata “nya” serta kata “ati”. Untuk arti kata “si”dengan kata “nya” seperti dijelaskan diatas. Sementara kata “ati” bearti “hati”. Meskipun pada sebagian orang Dayak Bidayuhik barat masa kini, kata ati untuk menyebuti organ hati seringkali diucapkan dengan perubahan bunyi huruf vokal “i” yang menjadi huruf vokal “e” sehingga menjadi ate, namun pada kata yang berakar dari kata ati, seperti pada kata ati-ati (hati-hati) dan pada kata marati (memperhatikan) tetap menggunakan kata aslinya yaitu kata ati. Dengan demikian kata “si nyati” memiliki arti si sehati atau si satu hati. Alasan kenapa entitas paduan antara sinog nyandong dengan sinog nyoba disebut si nyati (si sehati), dikarenakan paduan itu terbentuknya sebagai hasil daripada penyatuan dua keinginan, yaitu keinginan yang berasal dari sinog nyandong dan keinginan dari sinog nyoba. Dari tubuh Si nyati yang terpancar, akhirnya memperanakan segala sesuatu yang ada di ruang alam semesta termasuk planet bumi kita. 

Secara Tegas Menyebuti Adanya Evolusi! 

          Pada kisah penciptaan menurut agama adat Dayak Kalbar atau agama Jabata bagian kedua yang secara khusus menceritakan tentang manusia pertama. Bahwa proses penciptaan manusia diciptakan dari tanag bapopog. Dalam bahasa Dayak Bidayuhik barat dan Dayak Kanayatnik istilah “tanag” bearti “tanah”. Sementara sebutan “Bapopog” terbentuk dari kata “ba” yaitu imbuhan awalan yang sepadan dengan awalan “ber” di dalam bahasa indonesia, dan kata “popog” yaitu saripati yang di kandungi oleh tanah. Pada tanah berlumpur apabila diaduk atau dijadikan kubangan oleh hewan, seringkali popog atau saripati tanah akan menjadi buih yang berada di permukaan lumpur tersebut, karena disebabkan oleh hal itu pula maka, kata popog kadang-kadang di artikan sebagai buih tanah atau buih lumpur atau bisa juga diartikan “tempat kubangan”. Jadi kata “tanag bapopog” memiliki arti “tanah bersaripati”, baik saripati yang berupa garam mineral maupun berupa zat-zat lain. 

          Pada saat manusia akan diciptakan oleh Tuhan. Tanah dibentuk menjadi seperti kerucut, kemudian diberi nyawa oleh Tuhan, lalu hiduplah makhluk kerucut itu menjadi sejenis hewan melata, kemudian semakin lama berubah menjadi hewan yang lebih besar, begitu seterusnya akhirnya sampailah wujudnya menjadi seekor kera besar atau dalam bahasa Dayak kalbar bagian barat disebut “unteg”. Lama-kelamaan kera besar (unteg) itu juga akhirnya berubah menjadi manusia, dia itulah makhluk manusia yang pertama tercipta dan pertama hidup. Bahwa manusia terbentuk dari kera besar menurut kisah penciptaan agama adat Dayak atau agama Jabata, tidak hanya diceritakan dalam kisah penciptaannya saja, didalam doa (pamang) para imam (Pangao / panyagahatn) juga disebutkan bahwa unteg (kera besar) adalah pembuka manusia atau yang mengawali terbentuknya makhluk manusia di bumi.

          Meskipun demikian pada saat sekarang, pada beberapa imam penyebutannya telah mengalami perubahan, yang mana mereka menyebutkan bahwa unteg pembuka atau yang mengawali manusia di kalimantan saja. jelas bahwa hal itu telah berubah, mengingat penggunaan nama “kalimantan” untuk menyebuti pulau borneo tergolong masih baru, sementara doa para imam telah diturunkan selama hampir dua ribu lima ratus tahun.

          Selain itu yang mengalami perubahan juga adalah sebutan "neng banchina dari tanyukng bunga", aslinya bukanlah "banchina" melainkan "patnsinim" ini memiliki arti "dari negeri orang Sin" yaitu China sekarang, hal ini dikarenakan dalam bahasa bidayuhik barat kata " patn" adalah singkatan dari kata "upatn" yang bearti "dari" dan kata " sinim" adalah sebutan negeri orang sin alias negeri China dimasa kuno, jadi arti "patnsinim" adalah "dari negeri china". Manusia yang pertama terbentuk disebut Simule-jaji artinya yang “mula-mula jadi” dia itulah seorang “adam” atau manusia pria pertama versi agama adat Dayak kalbar. Sedangkan manusia perempuan pertama dinamai “jagat” dia itulah “hawa” versi agama adat Dayak.


0 komentar :

Posting Komentar

 

Translate

Label

Adat (5) Bigbang (14) Budaya (5) Dayak (10) Kerajaan Dayak (11) Multiverse (3)